Rabu Kelabu
Entah apa yang dirasakan pemuda yang baru beberapa ratus hari terjerumus kedalam pintu kedewasaan. Hari rabu itu berwarna kelabu saat itu. Tapi itu hanya pada pandangan pemuda itu, pandangan orang lain itu biasa saja, langitnya biru, awannya putih, dan rumput nya hijau. Mungkin karena perasaan pemuda itu yang menjadikan semua nya itu kelabu, berwarna rancu, tak jelas. Di samping savana yang tak terlalu luas dengan rumput berwarna hijau di mata orang - orang dan kambing, namun bagi pemuda itu tetap saja kelabu. Ia kesepian, bahkan di tengah keramaian sekali pun. Teman - temannya hanya bertanya - tanya pada dirinya masing - masing. 'Apa yang terjadi pada pemuda berpenampilan aneh itu?'. Ya, penampilan nya sedikit aneh dan nyeleneh. Pasalnya, muka yang lumayan penuh dengan jerawat, kulit tangan dan muka yang tak selaras, namun sama - sama lumayan gelap, di padukan dengan kaos putih bergambar kartun, converse yang tak pernah bersih ketika ia kenakan, celana kepanjangan yang ia lipat dua kali namun menjadi keren menurutnya, bandana merah yang orang - orang kenakan di saku belakang atau mungkin di leher, pemuda ini malah menyimpannya di saku depan. Aneh bukan?
Tak ada jawaban atas pertanyaan teman - temannya. Pemuda itu hanya diam termenung, hanya melihat segerombol orang yang sedang berkumpul di tengah lapangan dan entah melakukan apa, orang lain bilang jika pemuda ini hanya sedang ingin melihat bagaimana cara dunia bekerja. Namun, sebenarnya ada kebohongan dalam dirinya. Kebohongan atas dirinya sendiri, kebohongan atas apa yang membuat ia menjadi kelabu dan berbohong kepada dirinya sendiri, juga pada teman - temannya yang beranggapan bahwa lelaki ini sedang baik - baik saja. Tentu bukan tanpa sebab mengapa rabu siang pemuda itu menjadi kelabu. Membuat semuanya tak berwarna, tak ada yang menarik, mungkin karena dunianya sudah tak ada lagi. Ya, pemuda itu kehilangan perhatian atas dunianya. Pemuda itu tak dilirik lagi oleh dunianya, tak di perhatikan lagi oleh dunianya. Ia mencoba, tak ada jawaban 'apa?', hanya kata 'awas' yang keluar dari gua tempat bersarang nya kata - kata dunia nya.
Seumpama sebuah anjing, pemilik nya tak lagi mengelus anjing nya yang sudah lama menemaninya meskipun anjing itu dianggap tanpa arti dan tak berguna bagi pemilik nya, namun anjing itu tetap berusaha untuk berguna dan menjadi pusat atas kasih sayang tuan nya. Pemiliknya rabu itu tertuju pada anjing yang mungkin ia sering liat setiap sore di halaman rumah tetangganya, yaa, itu adalah anjing tetangga nya. Tapi kala itu, anjing itu mempunyai kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan bukan pemiliknya itu. Di depan anjing punya pemiliknya, ia mencuri - curi perhatian. Dan, ahhh majikan itu tertarik juga untuk berinteraksi dengan anjing tetangga nya itu. Bagaimana nasib anjingnya yang telah menemani nya lumayan lama, mencoba menjadi yang berguna dan menjadi pusat kasih sayang pemiliknya? Ya, anjing itu hanya pergi begitu saja. Meskipun hanya seekor anjing, itupun makhluk yang punya perasaan juga. Anjing itu mencari tempat yang baginya itu bisa merenung, melupakan atau bahkan mengingat - ingat apa yang telah dilakukan dengan anjing tetangganya itu dengan meneteskan air matanya, tak tahu. Lantas mungkin pembaca akan bertanya, 'apakah anjing yang bukan anjing tetangganya, atau anjing yang setia itu tak mencoba mencuri perhatian dari majikannya?', Anak kecil yang melihat kejadian itu kemudian menjawab, 'ia mencoba, beberapa kali mencoba. Percobaan pertama ia hanya meminta tatapannya di terima dengan baik. Namun, berpalinglah pemilik itu pada handphone nya. Lalu anjing pun mencoba lagi, dengan mencoba untuk menggunakan gestur dan percakapan guk - guk nya. Namun, kata seperti 'iiihhh' dalam dunia manusia atau mungkin yang anjing itu mengerti sama seperti kata 'hushhh' itu mengusir nya. Anjing itu malang sekali'. Menurut penuturan anak kecil yang ada di sebelah anjing yang bukan anjing tetangga nya. Malang sekali anjing itu.
Kasus yang sama adalah yang dirasakan pemuda itu, hal - hal yang membuat rabu nya menjadi kelabu, langit menjadi semu, rumput di matanya tak hijau lagi, awan di atasnya tak terang lagi. Apakah pemuda ini kemudian mejadi tak suka dan meninggalkan seseorang yang sebagai majikan dalam cerita anjing itu? Sayangnya, ia tak punya alasan atas dirinya sendiri untuk pernah beranjak satu kuku pun. Tetapi, dia memang pergi, pergi dari seseorang yang di cerita itu sebagai majikan dan anjing tetangga nya itu. Tubuhnya pergi, membawa perasaan yang sangat menyakitkan. Ke tempat yang ramai, namun dirinya merasa bahwa itu hanyalah ruang kosong yang hanya diisi oleh dirinya sendiri. Raga nya terbukti menjauh dari itu, tetapi apakah rasa dan jiwanya pun demikian? Rupanya tidak. Pemuda ini masih selalu menerima dan turut atas apa yang seseorang yang sebagai majikan dalam cerita itu ucapkan atau minta. Bayangkan, pemuda ini sesetia anjing pada dunia yang realita. Apapun yang menyakiti dan merobek segalanya dan meneteskan darah, ia masih tetap menaatinya, atas dasar cinta. Lantas, apakah pemuda itu sedemikian sama dengan anjing? Mungkin bisa ditarik kesimpulan seperti itu. Banyak kesamaanya, tapi mungkin dalam pandangan sebagian orang itu sangat tidak mungkin dan berbeda. Tetapi, apakah mungkin menurut seseorang yang dalam cerita itu sebagai majikan menganggapnya dan menyama ratakan dengan anjing?
Entahlah, pemuda itu hanya tetap patuh nyatanya. Atas dasar cinta, ia sampai rela kehilangan harga dirinya sendiri. Mungkin ibu nya tak rela, begitupun sama, anaknya tak rela juga jika ibunya atau keluarganya di perlakukan seperti itu. Tapi inilah kehidupan, selalu ada yang di korbankan, meskipun harga diri sekalipun. Sungguh malang, semoga wanita yang menyimpan pemuda ini ke dunia tak tahu, jika hal ini ia lakukan atas dasar cinta itu sendiri. Hanya untuk pada akhirnya menyelamatkan wanita itu sendiri. Mungkin pemuda ini merasa jika memperlakukan wanita lain dengan baik, ia pun sudah merasa seperti memperlakukan ibunya sendiri dengan hal yang sama, karena ia rasa sama - sama wanita yang harga dirinya harus dianggkat.
Cerita kelabu ini belum berakhir. Mungkin masih berlanjut. Tak ada perasaan sakit yang hanya sembuh dalam satu hari, jika ada, itulah dunia, penuh dengan kebohongan.
Tak usah di baca terlalu serius, ini hanya cerita yang bisa kamu percaya atau tidak sesuai mood mu
BalasHapus