Menuju diriku kembali

Hai sayang. Aku kembali lagi pada diriku yang kamu kenal sebelum sejauh ini. Aku menjadi seorang yang menulis kembali hari - hari yang aku rasakan kembali. Semesta rupanya memukul - ku dengan keras untuk kembali ke duniaku yang dulu sering aku geluti. Mungkin kita sama - sama terpental jauh setelah menjalani ini bersama, aku rasa kita perlu kembali menuju diri kita yang dulu. Seperti yang kamu katakan sebelumnya, jika dirimu tak merasa nyaman dengan hidupmu yang sekarang. Terlalu banyak perih yang kita tampung hari ini. Terlalu banyak air mata yang terus berjatuhan, tak ada tawa seperti dulu lagi, dan bahkan kau mun mulai sedikit agak berjarak dengan tuhanmu, begitupun dengan aku. 

Semua itu mungkin sebuah kebutaan kita atas ego kita masing - masing. Mungkin kamu terlena atas hubungan yang kembali kamu jalin, dan tak menutup kemungkinan aku pun begitu. Aku akuin, kamu orangnya buat saat ini yang aku mau. Aku ga pernah merasa sadar jika kata "putus" yang sering kali aku lontarkan itu begitu amat jahat. Padahal, aku tak sekuat dan se - menerima hal itu jika kamu pun menyetujui apa yang aku ucapkan itu. 

Apa yang telah berlalu seperti yang sering kamu katakan biarkan saja. Itu masa lalu, yang perlu kita tatap adalah masa depan. 

"Yaudah sih, itu kan dulu. Sekarang ya sekarang, aku menatap masa depan, bukan dulu". 

Kalimat yang sering kamu lontarkan jika aku merasa cemburu dan mengungkit hal - hal yang telah terjadi dan menjadikan aku sakit. Tapi aku rasa itu benar. Aku banyak belajar dari kamu, semoga kau pun begitu. Banyak hal yang membuat diriku lebih baik dari sebelumnya, setelah hadirnya sesosok kamu. Sangat berterima kasih pastinya atas hal itu. 

Seperti yang kita rasa akhir - akhir ini, kita sama - sama merasakan sakit, tak tahu apa sebenarnya yang menjadi permasalahan kita, entah aku dan mungkin kamu tak tahu, duri apa yang menusuk di bagian mana pula itu di hubungan kita. Namun, kembali aku belajar dari kamu. Kamu yang terus harus bergelut dengan air mata mu, harus bergelut dengan rasa cape mu. Aku rasa, aku salah, aku seharusnya tidak sepenuhnya pantas untuk bilang jika aku lah yang banyak mengalah, aku yang terus kalah. Hal itu tak sepenuhnya benar, tak harus dan tak perlu lagi aku ucapkan setiap harinya, karena pada kenyataanya pun, dirimu pun banyak berkorban dan mengalah demi diriku, demi ego ku.  

Aku kehilangan banyak ide di kepalaku, kehilangan banyak kata - kata yang dulu banyak sekali keluar dari pikiranku dengan spontan. Hal itu terlalu terjadi karena aku terlalu jauh terpental dari kebiasaan baik yang dulu banyak aku lakuin. Aku setuju atas mu, kembali ke diri sendiri dengan banyak hal - hal positif dan mengasikan. Meskipun begitu, terus aku berusaha belajar dari kesalahan yang dulu dan bahkan sampai sekarang. Aku pernah bilang, learn from your mistakes. Kalimat itu aku rasa terlalu terkubur jauh di dalam diriku. Aku rasa aku salah, terus mempertanyakan bagaimana progres mu atas kata - kata itu. Karena pada kenyataanya akupun begitu. Lupa.. 

Kemurnian cinta yang sering kali aku ucapkan kini sudah ternodai atas semua sikapku sendiri. Aku begitu munafik. Aku akan tetap merasa munafik jika aku tak mengakui dan memperbaiki itu. Kita setuju, tak ada alasan lain untuk kita menjalin hubungan terkecuali atas dasar cinta dan kasih sayang. Tapi fase itu sempat hilang dan berubah menjadi atas dasar nafsu belaka. Mungkin bagimu berat memaafkan hal itu, akupun. 

Aku mau berusaha menjadi lebih baik lagi. Menjadi diri sendiri yang bermanfaat bagi banyak orang, menjadi lebih baik dan di banggakan semua orang, terutama orang yang melahirkan dan mengurusku sampa sebesar ini, dan untuk orang yang aku cintai setelah mereka, yaitu kamu. Aku harap, aku tetap ada pada hati kecilmu. Tetap ada di setiap hari - hari padat mu. Juga terus ada dalam marah mu atas kesalahanku sendiri. Semoga ini menjadi pembuka kembali atas apa yang aku mau kedepannya. I love you every time, everywhere cause everything you are... 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemuda yang malang

Septia Kekasihku

Ruang Kosong Tanpa Cahaya